TRADISI MOMONGI TAMPAH SEBUAH PERWUJUDAN RASA SYUKUR
30 Oktober 2024 |
Administrator
| Berita
Tradisi Momongi Tampah tidak terlepas dari Sejarah berdirinya Desa Warangan, Kecamatan Kepil, Wonosobo. Sejarah berdirinya Desa Warangan diawali dengan perlawanan para pejuang yag sakti mandraguna atau para winasis yang berasal dari kerajaan Mataram melawan penjajahan Belanda di wilayah Wonosobo bagian Timur yaitu, Ki Ageng Warangan atau Pangeran Gelap Ngampar, beliau kemudian memberi nama dusun yang beliau tempati dengan nama Warangan, Raden Mas Jolang (Amangkurat II) atau Mbah Kiyai Satrio, beliau memberi nama Dusun Satriyan, Pangeran Ontowiryo atau mbah Kiyai Klesm beliau memberi nama Dusun Klesman dan Ki Ageng Garungan, beliau memberi nama Dusun Garung.
Disamping berjuang melawan Belanda, para winasis juga mendidik warga desa dengan berbagai kemampuan di bidang perekonomian baik bidang pertanian maupun kemampuan membuat kerajinan bambu mengingat di Desa Warangan banyak dijumpai tanaman bambu.
Dalam Upaya melestarikan tradisi, Pemerintah Desa Warangan Kembali melaksanakan kegiatan Momongi Tampah Desa Warangan pada 25-28 Oktober 2024. Rangkaian dimulai dengan pengambilan air dari sumber mata air, ziarah ke makam leluhur,tapa bisu dan pawai obor.
Kemeriahan terlihat saat puncak gelaran Momongi Tampah Desa Warangan Yahun 2024 di Desa Warangan Kecamatan Kepil, Wonosobo, Senin (28/10). Kegiatan yang diawali dengan kirab panji, air dari sumber mata air dan bibit pohon bambu sejauh kurang lebih 1 kilometer dan berakhir di Lapangan Desa Warangan.
Dalam puncak acara yang dihadiri oleh Kepala Dinas Sosial dan PMD, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika dan Camat Kepil tersebut juga dibacakan sejarah Desa Warangan dan filosofi tampah. Camat Kepil dalam sambutannya mewakili Plt. Bupati Wonosobo menyampaikan bahwa tradisi momongi tampah merupakan salah kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo dan harus tetap dipertahankan serta dilestarikan.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan proses penyiraman bibit pohon bambu menggunakan air dari berbagai sumber mata air di Desa Warangan.
Kepala Desa Warangan, Mustofa, SAg mengatakan bahwa tradisi semacam ini dilaksanakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur warga desa karena sebagian besar warga Desa Warangan memiliki mata pencaharian sebagai perajin bambu.
Bambu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan Masyarakat Fesa Warangan, tambahnya.